A. Deskripsi
Bekisting adalah kata yang
berasal dari bahasa Belanda yang diartikan sebagai cetakan atau pembungkus untuk
membentuk beton. Bekisting dalam bahasa Inggris sering disebut form work.
Penulis berpendapat bahwa kata bekisting juga diduga merupakan kata serapan yang mengalami
asimilasi (perubahan fonologis) dari kata bahasa Inggris yaitu back casting
(back yang artinya sokongan atau penguat dan casting artinya pengecoran).
Sebagian besar bekisting dalam struktur beton menggunakan kayu sebagai
bahan dasar dalam proses pembuatannya. Meskipun pada beberapa komponen
konstruksi yang tipikal ada juga yang menggunakan lembaran baja atau bahan
lain. Untuk beton precast, umumnya menggunakan bekisting berbahan baja seperti
tiang pancang. Namun pada tulisan ini, pembahasan hanya ditujukan pada
bekisting kayu.
Bekisting merupakan komponen yang sangat penting bagi terbangunnya
suatu konstruksi yang kokoh. Menurut pengalaman empiris,
pekerjaan bekisting (formwork)
menyerap anggaran sekitar 35%-60% dari struktur beton dan angka tersebut
bervariasi tergantung dari tipe konstruksinya. Tentu saja ini nilai yang tidak
kecil dan sering menjadi benefit tambahan buat kontraktor apabila dapat dipakai
berulang kali dalam pekerjaan struktur berikutnya (Daslim, 2020)
B. Dasar teori dan rujukan
Hurd (1989) menyatakan bahwa pembuatan bekisting
memiliki beberapa tujuan yaitu:
1.
Untuk merencanakan dan membuat bekisting secara
tepat sehingga tercapai ukuran, bentuk, posisi, dan akhir pengecoran beton
sesuai dengan yang dinginkan.
2.
Agar pekerjaan bekisting akan mampu mendukung semua
beban mati dan beban hidup tanpa keruntuhan atau berbahaya terhadap pekerja dan
struktur betonnya sendiri.
3.
Agar efisien dalam menghemat waktu dan ekonomis bagi
kontraktor dan pemilik yang sama.
Sementara itu, Wigbout (1997) menguraikan bahwa
bekisting adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara dengan tiga fungsi
utama, yaitu:
1.
Memberi bentuk kepada sebuah konstruksi beton.
2.
Menghasilkan struktur permukaan yang diharapkan.
3.
Bertujuan untuk memikul beton, hingga konstruksi
tersebut cukup keras untuk dapat memikul diri sendiri.
Wigbout (1997) juga menyatakan bahwa fungsi lain dari bekisting adalah
mencegah hilangnya basahan dan memberikan isolasi termis pada beton yang baru.
Ada beberapa rujukan teknis yang dapat dipakai
dalam penerpan pekerjaan bekisting. Di Indonesia, rujukan yang menjadi acuan
teknis terdapat dalam SNI 2847:2019 yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi
Nasional (BSN) melalui keputusan Kepala BSN no. 694/KEP/BSN/12/2019. SNI
2847:2019 juga merujuk pada beberapa aturan teknis yang disepakati dalam dunia
Internasional yang meliputi:
1.
Guide to Formwork for Concrete (ACI 347).
2.
Formwork for Concrete, ACI SP-4,
3.
Rujukan mengenai spesifikasi bekisting terdapat
dalam ACI 301 Section 2.
C.
Peralatan dan pendukung
Jenis peralatan dan
pendukung dalam pekerjaan bekisting terutama berbahan kayu meliputi: gergaji
tangan (manual), gergaji sirkular atau gergaji meja (mesin), bor kayu, palu
kombinasi, palu pemukul / bodem, linggis, pahat atau kapak, baut panjang atau
as full drat (long thread), tie rod dan pipa, kawat, dll. Peralatan yang
disebutkan ini tidak semuanya diperlukan, tergantung pada komponen struktur
yang akan dibuat bekistingnya.
D. Teknis dan metode penerapan
1.
Proses pembuatan bekisting
Metode pembuatan bekisting akan berbeda untuk
setiap komponen struktur. Pada tulisan ini akan dibahas bekisting berbahan kayu
yang terbagi menjadi:
a. Pondasi tapak (foot plate) atau pile cap, stump kolom dan sloof
Umumnya bekisting pondasi ini tidak menggunakan plywood dan hanya
menggunakan papan kayu biasa. Bekisting stump kolom biasanya hanya memiliki
ketinggian sekitar 0.60 s/d 1.20 m. Kekuatan bekisting stump kolom biasanya
dibantu oleh skor kayu yang ditancapkan pada dinding lubang pondasi. Sedangkan
bekesting sloof biasanya menggunakan papan yang dipaku pada potongan balok
kayu.
Bekisting dinding sloof dapat memastikan lebar melalui penguncian skor
pada dinding bekisting kedua sisinya, agar volume material beton lebih efisien.
Selain itu sloof yang dicor pada lokasi tanah yang telah dipersiapkan galiannya
akan terlihat rapi dan tetap sesuai posisi as-nya. Bekisting untuk saluran
beton berukuran kecil juga memiliki teknis pekerjaan yang hampir sama dengan
sloof.
b. Kolom struktur
Bekisting kolom merupakan bekisting yang paling beresiko. Dimensi dan
ketinggian kolom tidak hanya membutuhkan bekisting yang kuat, namun harus
didukung oleh penyokong yang kokoh. Langkah pembuatan bekisting kolom meliputi:
·
Sisi kolom
Bekisting sisi kolom dibuat dari rangka kayu berukuran 4 cm x 6 cm atau
5 cm x 7 cm. Kayu memanjang dibuat berjarak 15-20 cm disesuaikan dengan ukuran
kolom dan ketebalan plywood. Untuk kolom berukuran sisi maksimal 60 cm,
biasanya hanya menggunakan plywood 9 mm atau 12 mm. Namun untuk kolom berukuran
sisi lebih dari 60 cm disarankan menggunakan plywood dengan ketebalan 15 mm
atau 18 mm. Plywood yang dipasangkan pada keempat sisi dinding memilki dua posisi
yang berbeda, yang mana sepasang sisi kolom yang satu akan mengapit tepi atau sudut
pasangan plywood lainnya.
·
Sabuk balok (pengikat)
Sabuk balok adalah potongan
balok kayu kopel yang melekat secara horizontal pada bekisting sisi kolom.
Potongan kayu ini memiliki level yang sama pada sisi kolom yang berhadapan dan
berbeda level pada sisi di sebelahnya. Tujuannya agar dapat sisi kolom dapat
dikunci lebih mudah dengan menggunakan tie rod. Namun pada kolom berukuran
kecil, ada yang tidak menggunakan tie rod. Artinya sabuk balok dipaku langsung
supaya saling mengunci. Kelemahannya adalah saat membongkar, sabuk ini mungkin
akan rusak.
·
Tiang penyokong / support
Bahan untuk tiang
penyokong ini bisa terdiri dari balok kayu, kayu bulat, pipa galvanis atau besi
hollow.
·
Skor / kayu pengunci
Skor pengunci
diperlukan untuk menjaga vertikalitas dan kekakuan kolom. Skor ini mengikat
secara berpasangan pada bagian atas kolom yang satu dengan lainnya.
c. Balok dan lantai
Pada struktur beton, bekisting lantai biasanya dibuat bersamaan dengan
bekisting baloknya, kecuali untuk balok gantung yang berada di bawah atap
selain dak beton.
·
Bekisting balok terdiri dari bagian bawah yang
disebut sebagai bodeman dan bagian kedua sisi dinding balok yang disebut
tembereng.
·
Tiang T adalah tiang support untuk menyokong
bodeman balok, dapat berupa kayu, bambu atau pun pipa galvanis. Pada bangunan
besar, biasanya balok T digantikan dengan suri-suri dengan support scaffolding.
·
Bekisting lantai
Berupa rangka
gelagar yang ditambahkan kayu atau besi hollow melintang dan dipasangi penutup
plywood dengan ketebalan 12 mm.
d. Dinding beton bertulang
Bekisting ini diaplikasikan pada struktur shear wall gedung bertingkat
tinggi, ground water tank, sewage treatment plant dan retaining wall. Biasanya
bekisting ini dibuat menyatu dengan kolom strukturnya.
2.
Proses pemasangan bekisting
a. Bekisting pondasi, stump kolom dan sloof
Marking merupakan
proses kegiatan yang sangat penting pada saat pemasangan bekisting baik pada
pondasi, stump kolom, dan sloof. Pada pemasangan bekisting stump kolom,
penentuan as kolom arah sumbu X dan sumbu Y mesti dilakukan dengan teliti,
termasuk juga as untuk bekisting sloof.
·
Surveyor akan melakukan penentuan posisi kolom
dengan melakukan marking pada lantai atau pada sloof untuk posisi kolom lantai
dasar agar kesikuan dan jarak as kolom sesuai denah. Ada 2 cara yang diterapkan
yaitu membuat sepatu kolom dari beton setinggi 5 cm atau membuat kickers (mal)
pengikat dari kayu yang dipaku ke lantai posisi kolom.
·
Bekisting sisi kolom dipasang pada posisinya dan
dilakukan penyetelan pada sabuk balok. Saat penyetelan sabuk, harus
memperhatikan sudut kesikuan pada bagian atas bekisting kolom, sedangkan bagian
bawah tinggal mengikuti acuan yang sudah dibuat.
·
Setelah penyetelan sabuk, dilakukan pemasangan
tiang penyokong. Tiang penyokong ini minimal harus mengikat kedua arah yang
membentuk sudut 90 derajat. Setelah itu ditambahkan skor pengunci bekisting bebarapa
kolom yang akan dicor. Pengecekan vertikalitas kolom baik dengan bandul lot
ataupun dengan alat ukur teodolit dilakukan bersamaan dengan pemasangan skor
pengunci bekisting kolom.
c. Bekisting balok dan lantai
·
Sebelum pemasangan bekisting balok, pada kolom
harus terlebih dahulu dibuat topi kolom
·
Rangka bodeman pada bekisting balok dibuat dengan ukuran
yang lebih besar dari lebar balok beton jadi. Sedangkan lebar plywood dipotong
sama dengan lebar balok betonnya. Pemasangan bodeman bertumpu pada topi kolom
dan ditunjang dengan tiang T atau balok kayu yang diistilahkan dengan
suri-suri.
·
Selanjutnya dilakukan pemasangan tembereng (bekisting
sisi balok) yang ditempatkan di atas tepi rangka bodeman.
·
Setelah penyetelan level balok, maka rangka
bekisting lantai sudah dapat dimulai dan diakhiri dengan penutupan plywood pada
permukaan rangka bekisting lantainya
d. Bekisting dinding beton bertulang
Pemasangan bekisting
dinding pada prinsipnya hampir sama dengan bekisting kolom, bahkan seringkali
dillakukan secara simultan. Pada dinding biasanya ada tambahan kawat pengikat
antara sisi yang satu dengan sisi lainnya pada bekisting dinding. Ada juga yang
menambahkan dengan tie rod dalam pipa besi yang ditanam.
3.
Proses pembongkaran bekisting
Pembongkaran bekisting
pada berbagai komponen struktur memiliki waktu yang berbeda-beda. Untuk
bekisting pondasi atau pile cap, stump kolom dan bekisting kolom atau dinding
beton, biasanya bisa dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran. Pembongkaran ini
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak beton yang belum keras dan
bekisting yang masih akan digunakan. Untuk pembongkaran bekisting lantai,
disarankan pembongkaran dilakukan secara bertahap setelah 1 minggu sampai 2
minggu setelah pengecoran. Pembongkaran tembereng balok dapat dilakukan 1
minggu setelah pengecoran. Namun untuk pembongkaran bodeman balok dan perancah
atau tiang T, paling cepat hanya boleh dilakukan setelah 2 minggu dan dimulai
dari area tumpuan (1/4 bentangan kiri & kanan)
E. Hal penting untuk diperhatikan
Pekerjaan bekisting yang baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·
Pembuatan dan pemasangan bekisting harus kuat serta
kaku agar tidak terjadi perubahan bentuk dan lendutan pada saat pengecoran.
·
Pengukuran level bekesting mesti dilakukan dengan
cermat, termasuk bila diperlukan kemiringan atau lengkungan R pada struktur
tertentu.
·
Kondisi bekisting cor mesti bersih dan halus, agar
menghasilkan permukaan beton yang rapi dan bagus.
·
Beskisting harus diusahakan tidak memiliki celah
atau lubang agar materi cor dan air semen tidak terbuang.
·
Pembongkaran bekisting harus dillakukan secara
bertahap dengan memperhatikan waktu yang tepat.
·
Kegiatan pembongkaran bekisting harus dilakukan
dengan hati-hati dengan memperhatikan aspek K3 konstruksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar