Sabtu, 08 Januari 2022

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting pada Proyek Konstruksi

A. Deskripsi

Bekisting adalah kata yang berasal dari bahasa Belanda yang diartikan sebagai cetakan atau pembungkus untuk membentuk beton. Bekisting dalam bahasa Inggris sering disebut form work. Penulis berpendapat bahwa kata bekisting juga diduga  merupakan kata serapan yang mengalami asimilasi (perubahan fonologis) dari kata bahasa Inggris yaitu back casting (back yang artinya sokongan atau penguat dan casting artinya pengecoran).

Sebagian besar bekisting dalam struktur beton menggunakan kayu sebagai bahan dasar dalam proses pembuatannya. Meskipun pada beberapa komponen konstruksi yang tipikal ada juga yang menggunakan lembaran baja atau bahan lain. Untuk beton precast, umumnya menggunakan bekisting berbahan baja seperti tiang pancang. Namun pada tulisan ini, pembahasan hanya ditujukan pada bekisting kayu.

Bekisting merupakan komponen yang sangat penting bagi terbangunnya suatu konstruksi yang kokoh. Menurut pengalaman empiris, pekerjaan bekisting (formwork) menyerap anggaran sekitar 35%-60% dari struktur beton dan angka tersebut bervariasi tergantung dari tipe konstruksinya. Tentu saja ini nilai yang tidak kecil dan sering menjadi benefit tambahan buat kontraktor apabila dapat dipakai berulang kali dalam pekerjaan struktur berikutnya (Daslim, 2020)

Fig.1. View pekerjaan struktur high rise building

B. Dasar teori dan rujukan

      Hurd (1989) menyatakan bahwa pembuatan bekisting memiliki beberapa tujuan yaitu:

1.      Untuk merencanakan dan membuat bekisting secara tepat sehingga tercapai ukuran, bentuk, posisi, dan akhir pengecoran beton sesuai dengan yang dinginkan.

2.      Agar pekerjaan bekisting akan mampu mendukung semua beban mati dan beban hidup tanpa keruntuhan atau berbahaya terhadap pekerja dan struktur betonnya sendiri.

3.      Agar efisien dalam menghemat waktu dan ekonomis bagi kontraktor dan pemilik yang sama.

Sementara itu, Wigbout (1997) menguraikan bahwa bekisting adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara dengan tiga fungsi utama, yaitu:

1.      Memberi bentuk kepada sebuah konstruksi beton.

2.      Menghasilkan struktur permukaan yang diharapkan.

3.      Bertujuan untuk memikul beton, hingga konstruksi tersebut cukup keras untuk dapat memikul diri sendiri.

Wigbout (1997) juga menyatakan bahwa fungsi lain dari bekisting adalah mencegah hilangnya basahan dan memberikan isolasi termis pada beton yang baru.

Ada beberapa rujukan teknis yang dapat dipakai dalam penerpan pekerjaan bekisting. Di Indonesia, rujukan yang menjadi acuan teknis terdapat dalam SNI 2847:2019 yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) melalui keputusan Kepala BSN no. 694/KEP/BSN/12/2019. SNI 2847:2019 juga merujuk pada beberapa aturan teknis yang disepakati dalam dunia Internasional yang meliputi:

1.      Guide to Formwork for Concrete (ACI 347).

2.      Formwork for Concrete, ACI SP-4,

3.      Rujukan mengenai spesifikasi bekisting terdapat dalam ACI 301 Section 2.

C. Peralatan dan pendukung

            Jenis peralatan dan pendukung dalam pekerjaan bekisting terutama berbahan kayu meliputi: gergaji tangan (manual), gergaji sirkular atau gergaji meja (mesin), bor kayu, palu kombinasi, palu pemukul / bodem, linggis, pahat atau kapak, baut panjang atau as full drat (long thread), tie rod dan pipa, kawat, dll. Peralatan yang disebutkan ini tidak semuanya diperlukan, tergantung pada komponen struktur yang akan dibuat bekistingnya.

D. Teknis dan metode penerapan

1.               Proses pembuatan bekisting     

Metode pembuatan bekisting akan berbeda untuk setiap komponen struktur. Pada tulisan ini akan dibahas bekisting berbahan kayu yang terbagi menjadi:

a.  Pondasi tapak (foot plate) atau pile cap, stump kolom dan sloof

Umumnya bekisting pondasi ini tidak menggunakan plywood dan hanya menggunakan papan kayu biasa. Bekisting stump kolom biasanya hanya memiliki ketinggian sekitar 0.60 s/d 1.20 m. Kekuatan bekisting stump kolom biasanya dibantu oleh skor kayu yang ditancapkan pada dinding lubang pondasi. Sedangkan bekesting sloof biasanya menggunakan papan yang dipaku pada potongan balok kayu.

Bekisting dinding sloof dapat memastikan lebar melalui penguncian skor pada dinding bekisting kedua sisinya, agar volume material beton lebih efisien. Selain itu sloof yang dicor pada lokasi tanah yang telah dipersiapkan galiannya akan terlihat rapi dan tetap sesuai posisi as-nya. Bekisting untuk saluran beton berukuran kecil juga memiliki teknis pekerjaan yang hampir sama dengan sloof.


Fig.2. Bekisting pile cap pada kelompok tiang pancang

b.  Kolom struktur

Bekisting kolom merupakan bekisting yang paling beresiko. Dimensi dan ketinggian kolom tidak hanya membutuhkan bekisting yang kuat, namun harus didukung oleh penyokong yang kokoh. Langkah pembuatan bekisting kolom meliputi:

·      Sisi kolom

Bekisting sisi kolom dibuat dari rangka kayu berukuran 4 cm x 6 cm atau 5 cm x 7 cm. Kayu memanjang dibuat berjarak 15-20 cm disesuaikan dengan ukuran kolom dan ketebalan plywood. Untuk kolom berukuran sisi maksimal 60 cm, biasanya hanya menggunakan plywood 9 mm atau 12 mm. Namun untuk kolom berukuran sisi lebih dari 60 cm disarankan menggunakan plywood dengan ketebalan 15 mm atau 18 mm. Plywood yang dipasangkan pada keempat sisi dinding memilki dua posisi yang berbeda, yang mana sepasang sisi kolom yang satu akan mengapit tepi atau sudut pasangan plywood lainnya.

·      Sabuk balok (pengikat)

Sabuk balok adalah potongan balok kayu kopel yang melekat secara horizontal pada bekisting sisi kolom. Potongan kayu ini memiliki level yang sama pada sisi kolom yang berhadapan dan berbeda level pada sisi di sebelahnya. Tujuannya agar dapat sisi kolom dapat dikunci lebih mudah dengan menggunakan tie rod. Namun pada kolom berukuran kecil, ada yang tidak menggunakan tie rod. Artinya sabuk balok dipaku langsung supaya saling mengunci. Kelemahannya adalah saat membongkar, sabuk ini mungkin akan rusak.

·      Tiang penyokong / support

Bahan untuk tiang penyokong ini bisa terdiri dari balok kayu, kayu bulat, pipa galvanis atau besi hollow.

·      Skor / kayu pengunci

Skor pengunci diperlukan untuk menjaga vertikalitas dan kekakuan kolom. Skor ini mengikat secara berpasangan pada bagian atas kolom yang satu dengan lainnya.

c.   Balok dan lantai

Pada struktur beton, bekisting lantai biasanya dibuat bersamaan dengan bekisting baloknya, kecuali untuk balok gantung yang berada di bawah atap selain dak beton.

·      Bekisting balok terdiri dari bagian bawah yang disebut sebagai bodeman dan bagian kedua sisi dinding balok yang disebut tembereng.

·      Tiang T adalah tiang support untuk menyokong bodeman balok, dapat berupa kayu, bambu atau pun pipa galvanis. Pada bangunan besar, biasanya balok T digantikan dengan suri-suri dengan support scaffolding.

·      Bekisting lantai

Berupa rangka gelagar yang ditambahkan kayu atau besi hollow melintang dan dipasangi penutup plywood dengan ketebalan 12 mm.

d.  Dinding beton bertulang

Bekisting ini diaplikasikan pada struktur shear wall gedung bertingkat tinggi, ground water tank, sewage treatment plant dan retaining wall. Biasanya bekisting ini dibuat menyatu dengan kolom strukturnya.

2.               Proses pemasangan bekisting

a.  Bekisting pondasi, stump kolom dan sloof

Marking merupakan proses kegiatan yang sangat penting pada saat pemasangan bekisting baik pada pondasi, stump kolom, dan sloof. Pada pemasangan bekisting stump kolom, penentuan as kolom arah sumbu X dan sumbu Y mesti dilakukan dengan teliti, termasuk juga as untuk bekisting sloof.

b.  Bekisting kolom

·      Surveyor akan melakukan penentuan posisi kolom dengan melakukan marking pada lantai atau pada sloof untuk posisi kolom lantai dasar agar kesikuan dan jarak as kolom sesuai denah. Ada 2 cara yang diterapkan yaitu membuat sepatu kolom dari beton setinggi 5 cm atau membuat kickers (mal) pengikat dari kayu yang dipaku ke lantai posisi kolom.

·      Bekisting sisi kolom dipasang pada posisinya dan dilakukan penyetelan pada sabuk balok. Saat penyetelan sabuk, harus memperhatikan sudut kesikuan pada bagian atas bekisting kolom, sedangkan bagian bawah tinggal mengikuti acuan yang sudah dibuat.

·      Setelah penyetelan sabuk, dilakukan pemasangan tiang penyokong. Tiang penyokong ini minimal harus mengikat kedua arah yang membentuk sudut 90 derajat. Setelah itu ditambahkan skor pengunci bekisting bebarapa kolom yang akan dicor. Pengecekan vertikalitas kolom baik dengan bandul lot ataupun dengan alat ukur teodolit dilakukan bersamaan dengan pemasangan skor pengunci bekisting kolom.


Fig.3. Pemasangan bekisting kolom

c.   Bekisting balok dan lantai

·      Sebelum pemasangan bekisting balok, pada kolom harus terlebih dahulu dibuat topi kolom

·      Rangka bodeman pada bekisting balok dibuat dengan ukuran yang lebih besar dari lebar balok beton jadi. Sedangkan lebar plywood dipotong sama dengan lebar balok betonnya. Pemasangan bodeman bertumpu pada topi kolom dan ditunjang dengan tiang T atau balok kayu yang diistilahkan dengan suri-suri.

·      Selanjutnya dilakukan pemasangan tembereng (bekisting sisi balok) yang ditempatkan di atas tepi rangka bodeman.

·      Setelah penyetelan level balok, maka rangka bekisting lantai sudah dapat dimulai dan diakhiri dengan penutupan plywood pada permukaan rangka bekisting lantainya


 
Fig.4. Bekisting balok dan lantai

d.  Bekisting dinding beton bertulang

Pemasangan bekisting dinding pada prinsipnya hampir sama dengan bekisting kolom, bahkan seringkali dillakukan secara simultan. Pada dinding biasanya ada tambahan kawat pengikat antara sisi yang satu dengan sisi lainnya pada bekisting dinding. Ada juga yang menambahkan dengan tie rod dalam pipa besi yang ditanam.


3.               Proses pembongkaran bekisting

         Pembongkaran bekisting pada berbagai komponen struktur memiliki waktu yang berbeda-beda. Untuk bekisting pondasi atau pile cap, stump kolom dan bekisting kolom atau dinding beton, biasanya bisa dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran. Pembongkaran ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak beton yang belum keras dan bekisting yang masih akan digunakan. Untuk pembongkaran bekisting lantai, disarankan pembongkaran dilakukan secara bertahap setelah 1 minggu sampai 2 minggu setelah pengecoran. Pembongkaran tembereng balok dapat dilakukan 1 minggu setelah pengecoran. Namun untuk pembongkaran bodeman balok dan perancah atau tiang T, paling cepat hanya boleh dilakukan setelah 2 minggu dan dimulai dari area tumpuan (1/4 bentangan kiri & kanan)

E.  Hal penting untuk diperhatikan

            Pekerjaan bekisting yang baik harus  memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

·      Pembuatan dan pemasangan bekisting harus kuat serta kaku agar tidak terjadi perubahan bentuk dan lendutan pada saat pengecoran.

·      Pengukuran level bekesting mesti dilakukan dengan cermat, termasuk bila diperlukan kemiringan atau lengkungan R pada struktur tertentu.

·      Kondisi bekisting cor mesti bersih dan halus, agar menghasilkan permukaan beton yang rapi dan bagus.

·      Beskisting harus diusahakan tidak memiliki celah atau lubang agar materi cor dan air semen tidak terbuang.

·      Pembongkaran bekisting harus dillakukan secara bertahap dengan memperhatikan waktu yang tepat.

·      Kegiatan pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan aspek K3 konstruksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar