Kamis, 13 Januari 2022

Kapasitas dan Produktivitas Pekerjaan Dinding Pasangan Bata

A.           Uraian Pekerjaan

            Pasangan batu bata atau kita sebut saja pasangan bata merupakan pekerjaan yang selalu terdapat dalam suatu bangunan baik bangunan rumah tinggal maupun gedung untuk kegiatan perkantoran dan komersial. Pasangan bata ibaratnya adalah daging yang membungkus semua tulang pada struktur konstruksi bangunan. Ada juga sebagian konstruksi selain bangunan yang menggunakan pasangan bata, seperti saluran, box planter, pagar dan lain-lain.

Pada kesempatan kali ini, kita fokus pada pembahasan pekerjaan pasangan bata pada bangunan rumah atau gedung untuk berbagai kegiatan saja. Material bata untuk pekerjaan dinding memiliki banyak jenis dan spesifikasinya. Namun secara umum, kita mengenal 3 kelompok besar jenis bata yang meliputi:

1.            Bata merah

          Bata merah merupakan material pembentuk dinding yang paling sering digunakan. Bahkan jenis material ini sudah digunakan sejak zaman dahulu, jauh sebelum konstruksi mengenal material semen. Disebut bata merah, karena umumnya dibuat dari tanah yang berwarna merah, meskipun juga ada yang berwarna agak putih atau warna jingga sampai agak kecoklatan. Bahan alami pembentuk bata merah adalah tanah liat yang dibentuk atau dicetak dan dilakukan pemanasan atau pembakaran.

            Bata merah memiliki berbagai jenis varian yang tergantung pada bentuk dan proses pengolahannya:

a.            Bata merah biasa atau bata merah kampung

           Pembuatan bata merah ini masih menggunakan teknik secara manual dan tradisional. Soal kekuatan tidak perlu diragukan lagi, jika teknik pembakarannya dilakukan dengan metode tradisional yang turun temurun. Bata merah ini pun merupakan jenis bahan pasangan dinding yang paling murah. Hanya saja bata merah ini memiliki ukuran dan bentuk yang kurang standar karena proses pembuatannya yang manual. Secara umum bata merah ini memiliki ukuran 20 cm x10 cm x 5.5 cm, 18 cm x 10 cm x 5 cm, dan berbagai ukuran lainnya yang lebih besar atau kecil dengan selisih yang tidak terlalu jauh. Selain masalah ukuran, kapasitas produksi juga terbatas karena proses pembakaran yang memerlukan waktu yang cukup lama.

b.            Bata merah ekspos

            Jenis bata merah ini sudah menggunakan metode dan pemakaian alat yang meskipun sederhana, namun dapat menghasilkan standar mutu dan ukuran yang baik. Tekstur permukaan bata merah ini biasanya sangat halus dan memiliki pinggiran yang rapi. Proses pembakaran umumnya telah menggunakan oven. Karena kualitasnya yang bagus, maka dinding dengan pasangan bata jenis ini seringkali tidak diplester lagi dan dibiarkan terlihat alami (ekspos). Ada juga yang sering melapisnya langsung dengan lapisan coating untuk batu alam. Ukuran bata merah expos pun bervariasi dari yang berukuran 23 cm x11.5 cm x 6 cm, 21 cm x 10 cm x 5.5 cm dan 19 cm x 9 cm x 5 cm, dengan toleransi antara 2 mm sampai dengan 6 mm.

c.            Bata merah press mesin

           Bata ini merupakan produk dari industri yang sebagian besar prosesnya menggunakan mesin. Penggunaan teknologi dan mesin ini tentu menyebabkan harga bata ini menjadi paling mahal dari varian lainnya. Namun untuk kualitas yaitu permukaan dan kekuatannya jelas yang paling baik di kelasnya. Bata merah press ini juga dapat daoat dibuat berbagai bentuk seperti halnya genteng tanah/keramik. Berbagai jenis ukuran pun tersedia dan memiliki profil atau alur pada permukaan batanya. Kelebihan lainnya adalah kapasitas produksi yang sangat besar.


Fig.1.Penggunaan bata merah untuk dinding

2.            Batako

            Batako adalah material pembentuk dinding yang dibuat dari campuran pasir dan semen. Bahkan ada jenis tertentu yang menggunakan agregat yang ukurannya lebih lesar dari pasir seperti lazimnya. Batako pun terdiri dari beberapa varian ukuran dan modelnya ada yang berlubang dan ada yang masif / padat. Batako yang ada di pasaran berukuran 38 cm x 18 cm x 8 cm, 35 cm x 16 cm x 7 cm, 30 cm x 14 cm x 7 cm dan ukuran lainnya dengan sedikit perbedaan sesuai dengan harganya. Dari kekuatannya, batako dapat dibedakan menjadi:

a.            Batako biasa, yaitu batako yang dibuat dengan cetakan manual biasa dan kebanyakan berlubang

b.            Batako masif, yaitu batako yang dibuat dengan cetakan manual biasa dan tidak berlubang

c.            Batako press, yaitu batako yang dibuat dengan cetakan mesin press dan umumnya berlubang Biaya untuk pekerjaan dinding pasangan batako paling murah dibandingkan dengan penggunaan bahan lainnya. Jika dibandingkan dengan bata merah, pekerjaan dinding yang menggunakan batako akan lebih cepat selesai.

3.            Bata ringan

            Bata ringan atau sering disebut hebel adalah bata yang terbuat dari campuran bahan semen, batu kapur, pasir silika, gypsum, bubuk aluminium dan air. Hebel memiliki ukuran yang paling besar dari semua material yang ada, yaiitu berukuran 60 cm x 20 cm dengan banyak varian ketebalan. Bahkan saat ini, ada produsen yang memproduksi hebel jumbo berukuran 40x60 (cm). Ketebalan hebel dimulai dari 7.5, 10, 12.5, 15, sampai ketebalan 20 cm.

Bata ringan atau hebel memiliki kelebihan yang paling menonjol sesuai sebutannya yaitu sangat ringan untuk volume yang sama dibandingkan material lainnya. Meskipun demikian kekuatannya juga bagus serta kedap air dan suara. Pekerjaannya sangat mudah dan cepat karena berukuran besar dan hanya menggunakan perekat semen yang ditambah cairan perekat atau zat perekat khusus yang tersedia, tanpa adukan mortar. Tentu saja dengan berbagai kelebihan yang dimiliki, bata ringan ini memiliki kelemahan yaitu harganya yang mahal.

Fig.2.Penggunaan bata ringan/ hebel  untuk dinding

B.           Standar mutu pekerjaan

            Pada suatu pekerjaan, selain faktor biaya dan kecepatan, faktor kualitas pekerjaan juga menjadi target yang tidak boleh dilupakan. Pekerjaan yang cepat dengan biaya yang murah tidak akan berarti bila kualitas pekerjaan tidak sesuai dengan harapan. Terkait dengan pekerjaan dinding pasangan bata, maka hal terpenting secara umum yang perlu dikendalikan meliputi:

1.            Keterikatan antara pasangan bata dengan struktur pada bangunan, seperti stek pada kolom struktur, balok               struktur, sloof dan kolom atau balok praktis.

2.            Pola susunan dan kuncian (interlocking) pada susunan bata

3.            Kelurusan secara horizontal dan vertikal pada pasangan bata

4.            Kerataan bidang permukaan pasangan bata (termasuk spasinya)

5.            Campuran, adukan dan kecukupan perekat pada spasi bata

C.           Faktor pengaruh produktivitas

            Dalam pekerjaan dinding yaitu pada komponen pasangan bata, sebenarnya berapa volume pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh sepasang pekerja setiap haari selama 8 jam kerja normal? Tentu saja kita masing-masing akan memberikan jawaban yang berbeda-beda. Jawaban yang diberikan tentu berdasarkan pengamatan secara subjektif pada tukang batu dan pembantunya yang berbeda dalam proyek yang berbeda juga.Material yang dipakai bisa sama bisa tidak, termasuk jenis proyeknya. Hal inilah yang disebut dengan variabel pengaruh, yang pada dasarnya ada yang dominan dan ada juga yang kecil pengaruhnya terhadap efisiensi pekerjaan.

Jika ada variabel yang sulit untuk ditentukan determinasinya, maka perlu dilakukan penyederhanaan dengan generalisasi. Pada data kuantitatif dalam statistik, kita dapat mengambil nilai rata-rata untuk keterwakilan pengaruhnya. Berdasarkan pengambilan data lapangan yang dilakukan berulang kali dan diuji validitas kriterianya, telah diperoleh volume kapasitas rata-rata pekerjaan pasangan bata pada material yang berbeda yaitu: bata merah, bataco dan bata ringan.

Dengan menentukan nilai kapasitas rata-rata berdasarkan data statistik di lapangan, berarti variabel yang telah terwakili meliputi:

1.            Pekerja yang berbeda (keahlian, motivasi bekerja, volume hasil pekerjaan)

2.            Metode pelaksanaan pekerjaan yang berbeda (efektifitas & efisiensi)

3.            Posisi ketinggian pekerjaan (pengukuran diambil nilai rata-rata)

4.            Jenis dan lokasi proyek yang berbeda (teknis, persediaan material)

5.            Sistem pengupahan yang berbeda (borongan kerja, upah harian)

6.            Periode kerja yang tidak sama (minimal observasi dalam 5 tahun)

Setelah mendapatkan volume kapasitas rata-rata pekerjaan pasangan bata, masih perlu ditentukan variabel dominan lain yang mempengaruhi yang lebih mudah untuk diidentifikasi dan diukur secara kuantitatif. Variabel pada pekerjaan pasangan bata untuk ketiga jenis material terdiri dari:

1.            Ukuran

Ukuran ini menjadi variabel yang berpengaruh paling dominan pada material bata merah dan batako karena memilki variasi ukuran yang berbeda-beda. Makin besar ukurannya, tentu produktivitas atau hasilnya akan lebih banyak per satuan waktu. Namun variabel ini tidak berlaku untuk bata ringan atau hebel yang umumnya hanya dipakai satu jenis yaitu ukuran 20 cm x 60 cm.

2.            Jarak material

Sangatlah jelas bahwa jarak material akan langsung berpengaruh terhadap hasil pekerjaan. Material tersebut adalah bata, semen, pasir dan air kerja. Semakin dekat jarak material dengan posisi pekerjaan akan semakin efisiensi waktu pengangkutan dan sebaliknya.

3.            Kepadatan atau lebar bata

Variabel ini terkait dengan waktu pemotongan ukuran bata pada bagian tepi atau untuk sisipan pada posisi tertentu. Makin padat / keras jenis bata yang sama maka makin lama waktu untuk membelah bata tersebut, demikian juga ketebalannya jika dianalogikan untuk bata ringan (hebel).

D. Analisis perhitungan

            Variabel dominan untuk analisis perhitungan produktivitas terdiri dari:

1.            Ukuran bata, yang dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu ukuran besar (L), sedang (M) dan             kecil (S)

2.            Jarak material, yang dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu dekat (< 10 m), sedang (10-20 m) dan jauh (> 20 m)

3.            Kepadatan bata, dikategorikan menjadi 3 juga dan berbeda untuk ketiga jenis bata

Penentuan nilai persentase effisiensi variabel pada tabel berikut ini menggunakan skala ordinal dan estimasi berdasarkan pendekatan empiris (analogous & parametric) dari pengalaman penulis di beberapa proyek. Validasi awal yang dilakukan adalah validasi isi (content validation). Seiring berjalannya waktu, validasi kriteria (criterion validation) dilakukan untuk menyesuaikan persentase effisiensi produktivitas pada prediksi variabel tersebut.

Fig.3.Perhitungan produktivitas pekerjaan pasangan bata.

E.           Kesimpulan

1.            Kombinasi variabel dan kategori yang dapat terjadi pada tabel bisa mencapai 27 variasi masing-masing pada pasangan bata merah dan batako serta 9 kombinasi pada pasangan bata ringan. Mungkin saja ada beberapa variasi yang memiliki efisiensi total rata-rata yang sama. Agar dapat menjadi acuan yang signifikan diambil nilai maksimum, minimum dan rata-rata yang tentu saja dengan kualitas hasil pekerjaan baik dan dapat diterima secara umum.

2.            Berdasarkan pengalaman di lapangan sekaligus penelitian yang dilakukan penulis, kapasitas dan produktivitas pekerjaan pasangan bata merah menduduki posisi yang paling kecil yaitu kapasitasnya 12 m2/hari/pasang pekerja dengan efisiensi rata-rata sekitar 82% dan menghasilkan produktivitas 9.89 m2/hari/pasang pekerja. Sedangkan produktivitas paling tinggi adalah pasangan bata ringan / hebel

3.            Terkait dengan kesimpulan no.1, maka menjadi logis, apabila harga satuan upah Borongan pekerjaan dinding pasangan bata merah lebih mahal daripada penggunaan bata jenis lainnya.

4.            Pengukuran produktivitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap 1 tukang batu dan 1 pembantu tukang. Dalam pelaksanaan di lapangan, jika material cukup dekat dan lokasi pekerjaan tidak luas, maka biasanya seorang pembantu tukang dapat melayani kebutuhan bahan bagi 2 orang tukang. Tentu saja produktivitasnya akan bertambah lagi, meskipun tidak mencapai 2x lipat, biasanya meningkat 30%-40%.

5.            Pemilihan variabel dan penentuan signifikansi faktor pengaruh pada pekerjaan dinding pasangan bata, mungkin saja berbeda bagi pembaca dengan proyek sejenis atau berbeda. Karena penelitian produktivitas terkait dengan upah pekerjaan, maka pembaca atau praktisi dapat melakukan validasi kesesuaian terhadap upah pekerjaan yang berlaku pada lokasi masing-masing.

 

Sabtu, 08 Januari 2022

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting pada Proyek Konstruksi

A. Deskripsi

Bekisting adalah kata yang berasal dari bahasa Belanda yang diartikan sebagai cetakan atau pembungkus untuk membentuk beton. Bekisting dalam bahasa Inggris sering disebut form work. Penulis berpendapat bahwa kata bekisting juga diduga  merupakan kata serapan yang mengalami asimilasi (perubahan fonologis) dari kata bahasa Inggris yaitu back casting (back yang artinya sokongan atau penguat dan casting artinya pengecoran).

Sebagian besar bekisting dalam struktur beton menggunakan kayu sebagai bahan dasar dalam proses pembuatannya. Meskipun pada beberapa komponen konstruksi yang tipikal ada juga yang menggunakan lembaran baja atau bahan lain. Untuk beton precast, umumnya menggunakan bekisting berbahan baja seperti tiang pancang. Namun pada tulisan ini, pembahasan hanya ditujukan pada bekisting kayu.

Bekisting merupakan komponen yang sangat penting bagi terbangunnya suatu konstruksi yang kokoh. Menurut pengalaman empiris, pekerjaan bekisting (formwork) menyerap anggaran sekitar 35%-60% dari struktur beton dan angka tersebut bervariasi tergantung dari tipe konstruksinya. Tentu saja ini nilai yang tidak kecil dan sering menjadi benefit tambahan buat kontraktor apabila dapat dipakai berulang kali dalam pekerjaan struktur berikutnya (Daslim, 2020)

Fig.1. View pekerjaan struktur high rise building

B. Dasar teori dan rujukan

      Hurd (1989) menyatakan bahwa pembuatan bekisting memiliki beberapa tujuan yaitu:

1.      Untuk merencanakan dan membuat bekisting secara tepat sehingga tercapai ukuran, bentuk, posisi, dan akhir pengecoran beton sesuai dengan yang dinginkan.

2.      Agar pekerjaan bekisting akan mampu mendukung semua beban mati dan beban hidup tanpa keruntuhan atau berbahaya terhadap pekerja dan struktur betonnya sendiri.

3.      Agar efisien dalam menghemat waktu dan ekonomis bagi kontraktor dan pemilik yang sama.

Sementara itu, Wigbout (1997) menguraikan bahwa bekisting adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara dengan tiga fungsi utama, yaitu:

1.      Memberi bentuk kepada sebuah konstruksi beton.

2.      Menghasilkan struktur permukaan yang diharapkan.

3.      Bertujuan untuk memikul beton, hingga konstruksi tersebut cukup keras untuk dapat memikul diri sendiri.

Wigbout (1997) juga menyatakan bahwa fungsi lain dari bekisting adalah mencegah hilangnya basahan dan memberikan isolasi termis pada beton yang baru.

Ada beberapa rujukan teknis yang dapat dipakai dalam penerpan pekerjaan bekisting. Di Indonesia, rujukan yang menjadi acuan teknis terdapat dalam SNI 2847:2019 yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) melalui keputusan Kepala BSN no. 694/KEP/BSN/12/2019. SNI 2847:2019 juga merujuk pada beberapa aturan teknis yang disepakati dalam dunia Internasional yang meliputi:

1.      Guide to Formwork for Concrete (ACI 347).

2.      Formwork for Concrete, ACI SP-4,

3.      Rujukan mengenai spesifikasi bekisting terdapat dalam ACI 301 Section 2.

C. Peralatan dan pendukung

            Jenis peralatan dan pendukung dalam pekerjaan bekisting terutama berbahan kayu meliputi: gergaji tangan (manual), gergaji sirkular atau gergaji meja (mesin), bor kayu, palu kombinasi, palu pemukul / bodem, linggis, pahat atau kapak, baut panjang atau as full drat (long thread), tie rod dan pipa, kawat, dll. Peralatan yang disebutkan ini tidak semuanya diperlukan, tergantung pada komponen struktur yang akan dibuat bekistingnya.

D. Teknis dan metode penerapan

1.               Proses pembuatan bekisting     

Metode pembuatan bekisting akan berbeda untuk setiap komponen struktur. Pada tulisan ini akan dibahas bekisting berbahan kayu yang terbagi menjadi:

a.  Pondasi tapak (foot plate) atau pile cap, stump kolom dan sloof

Umumnya bekisting pondasi ini tidak menggunakan plywood dan hanya menggunakan papan kayu biasa. Bekisting stump kolom biasanya hanya memiliki ketinggian sekitar 0.60 s/d 1.20 m. Kekuatan bekisting stump kolom biasanya dibantu oleh skor kayu yang ditancapkan pada dinding lubang pondasi. Sedangkan bekesting sloof biasanya menggunakan papan yang dipaku pada potongan balok kayu.

Bekisting dinding sloof dapat memastikan lebar melalui penguncian skor pada dinding bekisting kedua sisinya, agar volume material beton lebih efisien. Selain itu sloof yang dicor pada lokasi tanah yang telah dipersiapkan galiannya akan terlihat rapi dan tetap sesuai posisi as-nya. Bekisting untuk saluran beton berukuran kecil juga memiliki teknis pekerjaan yang hampir sama dengan sloof.


Fig.2. Bekisting pile cap pada kelompok tiang pancang

b.  Kolom struktur

Bekisting kolom merupakan bekisting yang paling beresiko. Dimensi dan ketinggian kolom tidak hanya membutuhkan bekisting yang kuat, namun harus didukung oleh penyokong yang kokoh. Langkah pembuatan bekisting kolom meliputi:

·      Sisi kolom

Bekisting sisi kolom dibuat dari rangka kayu berukuran 4 cm x 6 cm atau 5 cm x 7 cm. Kayu memanjang dibuat berjarak 15-20 cm disesuaikan dengan ukuran kolom dan ketebalan plywood. Untuk kolom berukuran sisi maksimal 60 cm, biasanya hanya menggunakan plywood 9 mm atau 12 mm. Namun untuk kolom berukuran sisi lebih dari 60 cm disarankan menggunakan plywood dengan ketebalan 15 mm atau 18 mm. Plywood yang dipasangkan pada keempat sisi dinding memilki dua posisi yang berbeda, yang mana sepasang sisi kolom yang satu akan mengapit tepi atau sudut pasangan plywood lainnya.

·      Sabuk balok (pengikat)

Sabuk balok adalah potongan balok kayu kopel yang melekat secara horizontal pada bekisting sisi kolom. Potongan kayu ini memiliki level yang sama pada sisi kolom yang berhadapan dan berbeda level pada sisi di sebelahnya. Tujuannya agar dapat sisi kolom dapat dikunci lebih mudah dengan menggunakan tie rod. Namun pada kolom berukuran kecil, ada yang tidak menggunakan tie rod. Artinya sabuk balok dipaku langsung supaya saling mengunci. Kelemahannya adalah saat membongkar, sabuk ini mungkin akan rusak.

·      Tiang penyokong / support

Bahan untuk tiang penyokong ini bisa terdiri dari balok kayu, kayu bulat, pipa galvanis atau besi hollow.

·      Skor / kayu pengunci

Skor pengunci diperlukan untuk menjaga vertikalitas dan kekakuan kolom. Skor ini mengikat secara berpasangan pada bagian atas kolom yang satu dengan lainnya.

c.   Balok dan lantai

Pada struktur beton, bekisting lantai biasanya dibuat bersamaan dengan bekisting baloknya, kecuali untuk balok gantung yang berada di bawah atap selain dak beton.

·      Bekisting balok terdiri dari bagian bawah yang disebut sebagai bodeman dan bagian kedua sisi dinding balok yang disebut tembereng.

·      Tiang T adalah tiang support untuk menyokong bodeman balok, dapat berupa kayu, bambu atau pun pipa galvanis. Pada bangunan besar, biasanya balok T digantikan dengan suri-suri dengan support scaffolding.

·      Bekisting lantai

Berupa rangka gelagar yang ditambahkan kayu atau besi hollow melintang dan dipasangi penutup plywood dengan ketebalan 12 mm.

d.  Dinding beton bertulang

Bekisting ini diaplikasikan pada struktur shear wall gedung bertingkat tinggi, ground water tank, sewage treatment plant dan retaining wall. Biasanya bekisting ini dibuat menyatu dengan kolom strukturnya.

2.               Proses pemasangan bekisting

a.  Bekisting pondasi, stump kolom dan sloof

Marking merupakan proses kegiatan yang sangat penting pada saat pemasangan bekisting baik pada pondasi, stump kolom, dan sloof. Pada pemasangan bekisting stump kolom, penentuan as kolom arah sumbu X dan sumbu Y mesti dilakukan dengan teliti, termasuk juga as untuk bekisting sloof.

b.  Bekisting kolom

·      Surveyor akan melakukan penentuan posisi kolom dengan melakukan marking pada lantai atau pada sloof untuk posisi kolom lantai dasar agar kesikuan dan jarak as kolom sesuai denah. Ada 2 cara yang diterapkan yaitu membuat sepatu kolom dari beton setinggi 5 cm atau membuat kickers (mal) pengikat dari kayu yang dipaku ke lantai posisi kolom.

·      Bekisting sisi kolom dipasang pada posisinya dan dilakukan penyetelan pada sabuk balok. Saat penyetelan sabuk, harus memperhatikan sudut kesikuan pada bagian atas bekisting kolom, sedangkan bagian bawah tinggal mengikuti acuan yang sudah dibuat.

·      Setelah penyetelan sabuk, dilakukan pemasangan tiang penyokong. Tiang penyokong ini minimal harus mengikat kedua arah yang membentuk sudut 90 derajat. Setelah itu ditambahkan skor pengunci bekisting bebarapa kolom yang akan dicor. Pengecekan vertikalitas kolom baik dengan bandul lot ataupun dengan alat ukur teodolit dilakukan bersamaan dengan pemasangan skor pengunci bekisting kolom.


Fig.3. Pemasangan bekisting kolom

c.   Bekisting balok dan lantai

·      Sebelum pemasangan bekisting balok, pada kolom harus terlebih dahulu dibuat topi kolom

·      Rangka bodeman pada bekisting balok dibuat dengan ukuran yang lebih besar dari lebar balok beton jadi. Sedangkan lebar plywood dipotong sama dengan lebar balok betonnya. Pemasangan bodeman bertumpu pada topi kolom dan ditunjang dengan tiang T atau balok kayu yang diistilahkan dengan suri-suri.

·      Selanjutnya dilakukan pemasangan tembereng (bekisting sisi balok) yang ditempatkan di atas tepi rangka bodeman.

·      Setelah penyetelan level balok, maka rangka bekisting lantai sudah dapat dimulai dan diakhiri dengan penutupan plywood pada permukaan rangka bekisting lantainya


 
Fig.4. Bekisting balok dan lantai

d.  Bekisting dinding beton bertulang

Pemasangan bekisting dinding pada prinsipnya hampir sama dengan bekisting kolom, bahkan seringkali dillakukan secara simultan. Pada dinding biasanya ada tambahan kawat pengikat antara sisi yang satu dengan sisi lainnya pada bekisting dinding. Ada juga yang menambahkan dengan tie rod dalam pipa besi yang ditanam.


3.               Proses pembongkaran bekisting

         Pembongkaran bekisting pada berbagai komponen struktur memiliki waktu yang berbeda-beda. Untuk bekisting pondasi atau pile cap, stump kolom dan bekisting kolom atau dinding beton, biasanya bisa dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran. Pembongkaran ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak beton yang belum keras dan bekisting yang masih akan digunakan. Untuk pembongkaran bekisting lantai, disarankan pembongkaran dilakukan secara bertahap setelah 1 minggu sampai 2 minggu setelah pengecoran. Pembongkaran tembereng balok dapat dilakukan 1 minggu setelah pengecoran. Namun untuk pembongkaran bodeman balok dan perancah atau tiang T, paling cepat hanya boleh dilakukan setelah 2 minggu dan dimulai dari area tumpuan (1/4 bentangan kiri & kanan)

E.  Hal penting untuk diperhatikan

            Pekerjaan bekisting yang baik harus  memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

·      Pembuatan dan pemasangan bekisting harus kuat serta kaku agar tidak terjadi perubahan bentuk dan lendutan pada saat pengecoran.

·      Pengukuran level bekesting mesti dilakukan dengan cermat, termasuk bila diperlukan kemiringan atau lengkungan R pada struktur tertentu.

·      Kondisi bekisting cor mesti bersih dan halus, agar menghasilkan permukaan beton yang rapi dan bagus.

·      Beskisting harus diusahakan tidak memiliki celah atau lubang agar materi cor dan air semen tidak terbuang.

·      Pembongkaran bekisting harus dillakukan secara bertahap dengan memperhatikan waktu yang tepat.

·      Kegiatan pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan aspek K3 konstruksi