Minggu, 26 Desember 2021

Kajian 13 Faktor Penyebab Utama Keterlambatan pada Proyek Konstruksi

        Keterlambatan pekerjaan dan penyelesaian proyek merupakan kendala yang paling sering dihadapi oleh berbagai pihak pada suatu proyek konstruksi. Satu atau beberapa pekerjaan yang terlambat secara parsial dapat mempengaruhi serah terima konstruksi secara global. Keterkaitan berbagai jenis pekerjaan biasanya ditunjukkan dalam network diagram PDM (Precedence Diagram Method) atau CPM (Critical Path Method) yang telah dibuat pada tiap proyek.

Gambar 1.Keterkaitan aktivitas proyek dalam PDM

    Sebagai kontraktor dan pihak yang terkait dengan kepentingan jadwal penyelesaian proyek, seringkali kita tidak bisa tidur nyenyak. Pemikiran tentang biaya operasional yang pasti meningkat, jadwal peresmian bangunan atau konstruksi yang tertunda dan penalti baik yang menimpa kontraktor maupun pemilik bisnis adalah contoh masalah yang akan dihadapi sebagai konsekwensinya. Keterlambatan proyek pasti pernah dialami oleh semua pelaku usaha di bidang proyek konstruksi. Ada yang mungkin sekali dua kali, bahkan ada yang berulang kali. Persentase keterlambatan proyek bisa bervariasi dari yang kecil sampai besar dan akan terbaca dari kurva S pekerjaan.

Gambar 2. Kurva S pelaksanaan kegiatan proyek

    Mengapa keterlambatan proyek bisa terjadi atau bahkan sering terjadi dan berulang-ulang? Penanganan suatu proyek konstruksi tidaklah sederhana seperti proyek pada sektor lain. Penggunaan sumber daya yang masif dari dana, tenaga kerja, material, peralatan dan metode merupakan unsur utama yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya pencapaian target suatu proyek. Setiap unsur tersebut memiliki permasalahan kritikal yang mesti ditangani dengan tepat. Berdasarkan pengalaman berbagai pihak dan pada beragam jenis proyek, dapat disimpulkan bahwa ada 13 faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan suatu proyek konstruksi. Semua faktor tersebut tentu saja merupakan kontribusi dari berbagai permasalahan dari unsur utama yang telah disebutkan. 

    Berikut ini adalah ketiga belas faktor tersebut, tanpa memperhatikan urutan signifikansi pengaruhnya:

1.  Jumlah tenaga kerja yang tidak mencukupi. Hal ini biasanya terjadi akibat:

a.    Perhitungan dan alokasi kebutuhan pekerja konstruksi yang kurang sesuai

b.    Perekrutan tenaga kerja yang menyimpang waktunya dari jadwal yang ditentukan

c.    Tidak tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan (terlalu banyak proyek atau terlalu lama vakum)

2.  Produktivitas pekerja konstruksi yang rendah, penyebabnya bervariasi:

a.    Tenaga kerja yang digunakan memilki kemampuan yang kurang

b.    Keahlian atau ketrampilan tenaga kerja di lapangan tidak sesuai dengan bidangnya.

c.    Keluar masuk pekerja yang sering terjadi (turn over yang tinggi)

3.  Kekosongan material di lokasi pekerjaan

a.    Permintaan material yang tidak terjadwal dari pelaksana

b.    Perhitungan kebutuhan material yang tidak akurat

c.    Kesalahan pengiriman material (jenis dan spesifikasi)

4.  Keterlambatan kedatangan material di lapangan

a.    Keterlambatan pembelian (dari pihak purchasing atau proses persetujuan)

b.    Adanya kendala dari pihak supplier sendiri (transportasi, jadwal kiriman bentrok)

c.    Permasalahan distribusi atau produksi terkait ketersediaan barang di produsen

5.  Keterlambatan pembayaran pada proyek

Masalah keterlambatan pembayaran ini bisa terjadi pada beberapa pihak dengan tingkat dampak yang berbeda:

a.    Pembayaran kontraktor ke pekerja (pekerjaan bisa terhenti)

b.    Pembayaran dari pemilik proyek ke kontraktor (progres melambat/slowdown)

c.    Pembayaran kontraktor ke supplier (pengiriman material tertunda)

6.  Peralatan kerja yang tidak memadai

a.    Jumlah peralatan kerja tidak sebanding dengan jumlah pekerja

b.    Kapasitas peralatan tidak sesuai dengan volume pekerjaan

7.  Penggunaan mesin yang tidak efektif dalam pekerjaan

a.    Jenis mesin yang digunakan tidak sesuai untuk pekerjaan yang dilakukan

b.    Kondisi mesin bermasalah dan sering mengalami kerusakan

8.  Metode pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien

a.    Adanya kendala teknis pada pelaksanaan suatu pekerjaan

b.    Pelaksana proyek memiliki kompetensi yang minim atau tidak sesuai bidangnya

c.    Pelaksana tidak memiliki pengalaman pada suatu pekerjaan khusus tertentu

9.  Permasalahan desain konstruksi  

    a.  Ketidaklengkapan atau kesalahan gambar konstruksi

    b.  Perubahan rancangan atas permintaan pemilik proyek

    c.  Desain konstruksi tidak dapat diaplikasikan dan harus ada sinkronisasi

10.  Intensitas perbaikan pekerjaan yang tinggi

    a.    Pengawasan pelaksanaan pekerjaan yang kurang

    b.    Kesalahan gambar kerja (desain awal atau penafsiran ke gambar konstruksi)

11.  Sistem pengelolaan proyek yang kurang profesional

    a.    Komunikasi dan koordinasi yang tidak lancar (internal/eksternal)

    b.    Analisis dan pengendalian kinerja yang lemah pada proyek

    c.    Pengambilan keputusan yang lambat oleh pihak terkait yang berwenang

12.  Aspek iklim, lingkungan dan sosial

    a.    Hambatan geografis lokasi proyek dan kondisi cuaca

    b.    Kendala aksesibilitas dan masalah keamanan lokasi proyek

    c.    Tingkat penerimaan masyarakat terdampak proyek yang kurang baik

13.  Insiden kecelakaan kerja di lokasi proyek

    a.    Tidak adanya penerapan mitigasi K3

    b.    Faktor psikologis pekerja yang menyebabkan penurunan efisiensi sesaat

    c.    Pekerjaan terhenti cukup lama

Wah, kalau harus memperhatikan semua faktor di atas, sudah pastilah banyak proyek akan terlambat, ya? Eh, jangan pesimis dulu, Rekan-rekan. Tidak semua proyek memiliki permasalahan yang sama, kalaupun ada yang sama, intensitas dan kompleksitasnya pun akan berbeda-beda. Ingatlah apa yang sering dikatakan oleh para pakar, bahwa proyek itu bersifat unik. Ke-13 faktor di atas tidak semuanya akan muncul pada proyek di tempat Anda bekerja. Namun beberapa di antaranya pasti pernah dialami dan beberapa faktor lainnya mungkin belum terjadi. Dengan mengetahui ke-13 faktor yang merupakan pengalaman dari banyak praktisi, maka kita akan dapat mempersiapkan diri untuk mengantisipasi keterlambatan pada proyek konstruksi.

Apakah kita harus menghilangkan semua faktor atau akar permasalahan tersebut agar proyek berjalan tepat waktu? Tentu saja agak mustahil bila mengharapkan kondisi yang ideal seperti itu. Tapi paling tidak, kita mesti mencegah atau mengurangi akibat yang akan terjadi. Ikuti saja hukum Pareto, dengan fokus pada beberapa faktor dominan yang telah atau berpotensi akan terjadi di proyek. Selanjutnya, kita mencari akar permasalahan dan solusinya melalui konsultasi serta diskusi dengan para pemangku kepentingan yang terkait. Bila sudah ditemukan solusinya dan diterapkan, maka diharapkan agar beberapa pekerjaan yang terlambat dapat dikejar kembali, sehingga secara keseluruhan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan resiko keterlambatan proyek konstruksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar