Keterlambatan pekerjaan dan penyelesaian proyek merupakan kendala yang paling sering dihadapi oleh berbagai pihak pada suatu proyek konstruksi. Satu atau beberapa pekerjaan yang terlambat secara parsial dapat mempengaruhi serah terima konstruksi secara global. Keterkaitan berbagai jenis pekerjaan biasanya ditunjukkan dalam network diagram PDM (Precedence Diagram Method) atau CPM (Critical Path Method) yang telah dibuat pada tiap proyek.
Sebagai kontraktor dan pihak yang terkait dengan kepentingan jadwal penyelesaian proyek, seringkali kita tidak bisa tidur nyenyak. Pemikiran tentang biaya operasional yang pasti meningkat, jadwal peresmian bangunan atau konstruksi yang tertunda dan penalti baik yang menimpa kontraktor maupun pemilik bisnis adalah contoh masalah yang akan dihadapi sebagai konsekwensinya. Keterlambatan proyek pasti pernah dialami oleh semua pelaku usaha di bidang proyek konstruksi. Ada yang mungkin sekali dua kali, bahkan ada yang berulang kali. Persentase keterlambatan proyek bisa bervariasi dari yang kecil sampai besar dan akan terbaca dari kurva S pekerjaan.
Mengapa keterlambatan proyek bisa terjadi atau bahkan sering terjadi dan berulang-ulang? Penanganan suatu proyek konstruksi tidaklah sederhana seperti proyek pada sektor lain. Penggunaan sumber daya yang masif dari dana, tenaga kerja, material, peralatan dan metode merupakan unsur utama yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya pencapaian target suatu proyek. Setiap unsur tersebut memiliki permasalahan kritikal yang mesti ditangani dengan tepat. Berdasarkan pengalaman berbagai pihak dan pada beragam jenis proyek, dapat disimpulkan bahwa ada 13 faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan suatu proyek konstruksi. Semua faktor tersebut tentu saja merupakan kontribusi dari berbagai permasalahan dari unsur utama yang telah disebutkan.
Berikut ini adalah ketiga belas faktor tersebut, tanpa memperhatikan urutan signifikansi pengaruhnya:
1.
Jumlah tenaga kerja yang tidak mencukupi. Hal
ini biasanya terjadi akibat:
a.
Perhitungan dan alokasi kebutuhan pekerja konstruksi
yang kurang sesuai
b.
Perekrutan tenaga kerja yang menyimpang
waktunya dari jadwal yang ditentukan
c.
Tidak tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan
(terlalu banyak proyek atau terlalu lama vakum)
2.
Produktivitas pekerja konstruksi yang rendah,
penyebabnya bervariasi:
a.
Tenaga kerja yang digunakan memilki kemampuan
yang kurang
b.
Keahlian atau ketrampilan tenaga kerja di
lapangan tidak sesuai dengan bidangnya.
c.
Keluar masuk pekerja yang sering terjadi (turn
over yang tinggi)
3.
Kekosongan material di lokasi pekerjaan
a.
Permintaan material yang tidak terjadwal dari pelaksana
b.
Perhitungan kebutuhan material yang tidak
akurat
c.
Kesalahan pengiriman material (jenis dan
spesifikasi)
4.
Keterlambatan kedatangan material di lapangan
a.
Keterlambatan pembelian (dari pihak purchasing
atau proses persetujuan)
b.
Adanya kendala dari pihak supplier sendiri (transportasi,
jadwal kiriman bentrok)
c.
Permasalahan distribusi atau produksi terkait
ketersediaan barang di produsen
5. Keterlambatan
pembayaran pada proyek
Masalah keterlambatan pembayaran ini bisa
terjadi pada beberapa pihak dengan tingkat dampak yang berbeda:
a.
Pembayaran kontraktor ke pekerja (pekerjaan
bisa terhenti)
b.
Pembayaran dari pemilik proyek ke kontraktor
(progres melambat/slowdown)
c.
Pembayaran kontraktor ke supplier (pengiriman
material tertunda)
6. Peralatan
kerja yang tidak memadai
a.
Jumlah peralatan kerja tidak sebanding dengan
jumlah pekerja
b.
Kapasitas peralatan tidak sesuai dengan volume
pekerjaan
7. Penggunaan
mesin yang tidak efektif dalam pekerjaan
a.
Jenis mesin yang digunakan tidak sesuai untuk
pekerjaan yang dilakukan
b.
Kondisi mesin bermasalah dan sering mengalami
kerusakan
8. Metode
pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien
a.
Adanya kendala teknis pada pelaksanaan suatu
pekerjaan
b.
Pelaksana proyek memiliki kompetensi yang minim
atau tidak sesuai bidangnya
c.
Pelaksana tidak memiliki pengalaman pada suatu
pekerjaan khusus tertentu
9. Permasalahan desain konstruksi
a. Ketidaklengkapan atau kesalahan gambar konstruksi
b. Perubahan rancangan atas permintaan pemilik proyek
c. Desain konstruksi tidak dapat diaplikasikan dan harus ada sinkronisasi
10. Intensitas perbaikan pekerjaan yang tinggi
a. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan yang kurang
b. Kesalahan gambar kerja (desain awal atau penafsiran ke gambar konstruksi)
11. Sistem pengelolaan proyek yang kurang profesional
a. Komunikasi dan koordinasi yang tidak lancar (internal/eksternal)
b. Analisis dan pengendalian kinerja yang lemah pada proyek
c. Pengambilan keputusan yang lambat oleh pihak terkait yang berwenang
12. Aspek iklim, lingkungan dan sosial
a. Hambatan geografis lokasi proyek dan kondisi cuaca
b. Kendala aksesibilitas dan masalah keamanan lokasi proyek
c. Tingkat penerimaan masyarakat terdampak proyek yang kurang baik
13. Insiden kecelakaan kerja di lokasi proyek
a. Tidak adanya penerapan mitigasi K3
b. Faktor psikologis pekerja yang menyebabkan penurunan efisiensi sesaat
c. Pekerjaan terhenti cukup lama
Wah,
kalau harus memperhatikan semua faktor di atas, sudah pastilah banyak proyek
akan terlambat, ya? Eh, jangan pesimis dulu, Rekan-rekan. Tidak semua proyek memiliki
permasalahan yang sama, kalaupun ada yang sama, intensitas dan kompleksitasnya
pun akan berbeda-beda. Ingatlah apa yang sering dikatakan oleh para pakar,
bahwa proyek itu bersifat unik. Ke-13 faktor di atas tidak semuanya akan muncul
pada proyek di tempat Anda bekerja. Namun beberapa di antaranya pasti pernah
dialami dan beberapa faktor lainnya mungkin belum terjadi. Dengan mengetahui
ke-13 faktor yang merupakan pengalaman dari banyak praktisi, maka kita akan
dapat mempersiapkan diri untuk mengantisipasi keterlambatan pada proyek
konstruksi.
Apakah
kita harus menghilangkan semua faktor atau akar permasalahan tersebut agar
proyek berjalan tepat waktu? Tentu saja agak mustahil bila mengharapkan kondisi
yang ideal seperti itu. Tapi paling tidak, kita mesti mencegah atau mengurangi
akibat yang akan terjadi. Ikuti saja hukum Pareto, dengan fokus pada beberapa
faktor dominan yang telah atau berpotensi akan terjadi di proyek. Selanjutnya,
kita mencari akar permasalahan dan solusinya melalui konsultasi serta diskusi
dengan para pemangku kepentingan yang terkait. Bila sudah ditemukan solusinya dan
diterapkan, maka diharapkan agar beberapa pekerjaan yang terlambat dapat dikejar kembali,
sehingga secara keseluruhan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan resiko
keterlambatan proyek konstruksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar